KNPI BUOL MEWARISI KONFLIK NAJIS

    KNPI BUOL MEWARISI KONFLIK NAJIS

    Oleh: Adi Prianto (advokat)

    OPINI-Tanpa sengaja pada Warung Kopi di Buol (17/11) pukul 18.30 wita, larut ikut diskusi formal yang digelar oleh beberapa sahabat saya kenal, inti diskusi dimaksud menghimpun calon ketua KNPI Buol dan berharap ada kepemimpinan berbeda dalam mengelola organisasi dari ketua sebelumnya.

    Saya menebak, sebagaimana orang-orang ikut diskusi. Konflik sesungguhnya di KNPI Buol bukan soal ketuanya berasal dari Aparat Sipil Negara (ASN) atau orang yang berasal dari Partai Politik. Ini mengenai leadership, pengalaman organisasi yang banyak tidak menjamin KNPI Buol bisa bergerak dari titik stagnan.

    Konflik najis dan menjadi turun-temurun kepada ketua KNPI Buol yakni menganggap posisi top akan berefek secara individu pada tingkat terkenalan (bisa digeser untuk urusan politik elektoral) serta dapat mengakses keuangan Daerah (untuk kepentingan gagah-gagahan)

    Inilah alasan yang membuat orang banyak berlomba-lomba jadi ketua KNPI Buol, visi-misi dan program tidak jadi penting, menurut mereka itu hanya formalitas dan benda yang usang.

    Dalam pengamatan saya selama ini, KNPI Buol secara organisasional ibarat barang "rongsokan" yang mengalir apa adanya dalam pergumulan dan pergaulan hari-hari di Buol, tidak mampu mengartikulasi ekspresi kepemudaan Buol.

    Akibat kekecewaan banyak orang, tumbuh subur kegiatan dibiayai sendiri oleh komunitas pemuda yang buat event, kegiatan mandiri tanpa intervensi dari KNPI Buol.

    KNPI Buol kemana? Lagi asyik masyuk dengan dirinya sendiri.

    Konflik najis berikut di tubuh KNPI Buol adalah relasi kekuasaan di daerah, takaran histori tiada yang dapat membantah mantan ketua ataupun ketua KNPI saat ini berkelindan langsung dengan jabatan politik Bupati.

    Berperiode kepengurusan KNPI Buol, ketuanya adalah istri Bupati, mantan sekertaris Partai Politik Bupati, ponakan Bupati dan terus berputar-putar garis eksklusif yang berhubungan dengan kekuasaan atau relasi keluarga sedarah.

    Konflik najis macam itu, disahkan banyak orang pada proses demokrasi Musyawarah Daerah (Musda) dengan mekanisme one man one delegation.

    Saat ini KNPI Buol tidak bertuan dari konteks politik kekuasaan, kesempatan menghilangkan najis sudah sangat terbuka.

    Sayang sekali, masih banyak yang terjebak pada dikotomi ASN, aktivis, perwakilan parpol dan pemerekan yang macam-macam khas kelas menengah berakibat pengelompokan menjelang pergantian ketua KNPI Buol, hal ini justru menciptakan konflik najis yang baru. 

    Oleh: Adi Prianto SH.

    buol
    Rahmat Salakea

    Rahmat Salakea

    Artikel Sebelumnya

    Pendiri KPA GREEN JUSTICE Tolak Musda KNPI...

    Artikel Berikutnya

    HMI Demo Bank BRI KCP Buol, Kepala Bank...

    Komentar

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hendri Kampai: Koperasi Nasional, Dari Desa untuk Indonesia yang Lebih Berdikari
    Hendri Kampai: Saatnya Nikel Bicara! Mimpi Indonesia Menjadi Raja Komponen Kendaraan Listrik
    Jadikan 'Maung' Kendaraan Dinas Nasional, Presiden Prabowo Tunjukkan Konsistensi Cinta Produk Dalam Negeri
    Milenial Cyber Media Segera Luncurkan Platform Digital untuk Anak Muda
    Kasus Penggelapan Dana PWI, Mantan Sekjen Penuhi Panggilan Penyidik

    Tags